Jl. Bodri, Surabaya - tempat berburu barang antik

Bagi penggemar barang atau benda klasik dan memiliki nilai kuno sungguh menyenangkan.
Para penggemar dan pemburu barang antik ini akan mencari hingga ke pelosok daerah jika memang barang klasik atau barang antik itu ada dan dan dijual oleh pemiliknya.

Di Surabaya, misalnya, ada pasar khusus yang menjual dan membeli barang klasik.
Para penggemar tidak lagi kerepotan jika ingin berburu barang yang diinginkan. Asal harganya cocok, barangnya tidak ada masalah silahkan dibawa.

Di sudut Jalan Bodri, misalnya, bagi yang belum tahu Jalan Bodri di Surabaya, paling mudah adalah mencari area Gelora Pancasila yang ada masuk Jalan Padmosusastro, nah Jalan Bodri ini ada di sisi selatan Gelora Pancasila.

Kawasan ini memang sudah lama terkenal sebagai lokasi utama untuk berburu barang antik, bagi warga Surabaya bahkan dari luar kota hingga manca negara.
Jika jalan ke Jalan Bodri, tidak harus Anda harus membeli, meskipun hanya untuk cuci mata melihat barang barang ini jelas ini merupakan pemandangan yang baru.

Ada delapan kios di kawasan ini yang khusus menawarkan barang barang jadul. Salah satunya adalah Harun. Ia berjulan barang klasik ini sejak Tahun 2004 lalu.
Barang dagangan yang ada di kawasan ini cukup bervariasi, terutama pernik-pernik kolekso lampu dan peralatan rumah tangga jadul, seperti piring kuno, setrika arang berbagai bentuk, hingga terompet dan gramapon antik terlihat tergantung di deretan kios tersebut. 

Menariknya semua benda-benda kuno ini masih berfungsi. “Barang-barang ini sebagian sudah ada yang dimodifikasi lagi, artinya dikembalikan seperti aslinya dan banyak yang masih berfungsi,” kata Harun. 


Selain itu di kios barang klasik ini juga dijual furniture model kuno seperti etalase gantungan baju yang ada kaca oval di bagian tengahnya.Gantungan baju seperti ini ditawarkan seharga Rp 1,250 juta.
Sebenarnya masalah harga ini kata Harun relatif, artinya harga ini bisa ditawar, namun sebagian pemburu barang barang antik ini biasanya tidak melihat harga dengan barang yang dicarinya.

Namun tidak semua yang datang ke kios barang klasik ini adalah para kolektor benda kuno, tapi ada juga mereka yang mencari barang ini untuk dijual lagi. Beberapa pelanggan Harun, misalnya, ada yang datang dari luar negeri seperti Singapura dan Malaysia. Mereka datang ke kios ini untuk kulakan dan dijual lagi di negaranya.

Bagaimana cara mendapatkan benda benda yang memiliki nilai kuno ini, kata Harun, sebagian besar ia dan teman-temannya mendapatkan dari warga. Sebagian lagi mereka beli dengan cara berburu juga.
“Jadi ada yang datang kesini untuk menjual barang klasik itu,” katanya.

Sebagian barang-barang ini didapat dari warga yang tinggal di kawasan elite, kadang juga untuk menjual barang-barang antik itu tak sembarangan.  Sebagian bahkan harus dilengkapi surat-surat kepemilikan agar tidak terjadi kecolongan, mengingat barang-barang kuno itu memiliki nilai estetika tinggi.

Deretan kios barang barang klasik di Jalan Bodri ini buka sejak pagi sekitar pukul 07.00 pagi hingga pukul 19.00 malam.Untuk sampai ke Jalan Bodri apabila dari kawasan Jalan Mayjend Sungkono bisa melewati akses Jalan Padmosusastro. Bisa juga melalui Jalan Dr Soetomo apabila datang dari arah Darmo. Yang penting Gelora Pancasila adalah patokan. (Sumber: Tribune Travel)


Tips Seru Berburu Barang Antik

Menyukai barang-barang vintage, old school, atau jadul memang sudah menjadi tren dalam beberapa tahun terakhir. Selain tidak banyak yang menyamakan barang milik kita, travelers bisa terlihat berbeda dari yang lainnya karena tidak mengikuti tren.

Kalian bisa berburu barang-barang jadul ini di toko-toko yang menyediakan khusus model vintage. Tapi, bagaimana ya kalau yang dicari adalah barang antik? Bentuknya yang unik dan lucu serta mempunyai sejarah tersendiri buat kamu, pastinya merupakan beberapa alasan mengapa kalian ingin mengoleksinya. Tapi asal tahu saja nih travelers, mengoleksi barang antik memang sedikit lebih susah dalam merawatnya.

Toko barang antik paling cihuy akan travelers temukan di Jalan Surabaya, Menteng, Jakarta. Di tempat ini merupakan surganya barang antik. Kamu akan menemukan berbagai kios yang berjejer di sepanjang jalan tersebut. Mereka menyediakan beraneka ragam barang vintage unik yang sudah langka. Banyak lho turis yang doyan ke tempat ini, apalagi turis asing.
Di sini banyak ditemukan jam-jam kuno, patung-patung antik, sampai kamera jadul. Uniknya, ada pula yang menjual perangko-perangko tua.  Tertarik dengan barang-barang tersebut tetapi takut karena enggak tahu caranya berbelanja?
Takut ditipu, takut salah beli, sampai ingin beli tapi tidak tahu pasaran harganya menjadi beberapa alasan banyak dari kalian yang mengurungkan niat membeli barang antik. Daripada parno duluan, simak dulu deh tips-tips berburu barang antik berikut ini.
  1. Cek keasliannya Ini hal pertama yang paling penting buat kamu. Wajib lihat keasliannya dan sejarah barang antik yang ingin kalian beli. Semakin langka, harganya akan semakin tinggi, bahkan sampai tak ternilai harganya. 
  2. Investigasi barang antik incaranmu wayang_tipsadvisor Selidiki dulu barang antik incaramu. Browsing di internet dan tanyakan kepada teman-teman kalian yang mengerti soal barang antik. Jangan sampai barang yang diincar malah barang reproduksi. Memang sih sedikit susah membedakan barang reproduksi dan barang asli. Tapi, kalau travelers jeli, bakal terlihat kok perbedaannya misalnya bekas-bekas pemakaian dan kerusakan-kerusakan yang wajar. Untuk lebih akurat tentu diperlukan tes karbon, namun tes ini menelan dana yang besar.
  3. Tentukan lokasi penjualan barang antik Selain di Jalan Surabaya, travelers juga bisa mencarinya di pasar barang antik, seperti di Pasar Windujenar (dulu dikenal sebagai Pasar Triwindu) di Pura Mangkunegaraan, Kecamatan Keprabon, Surakarta. Sebaiknya kalian jangan membeli melalui internet.Membeli barang antik yang benar kalian perlu menyentuh barang tersebut untuk merasakan keantikannya.
  4. Jangan malu bertanya cara merawatnya.  Tanya saja langsung ke penjualnya bagaimana cara merawat barang antik. Setiap barang mungkin memerlukan perawatan yang berbeda-beda. Begitu juga penyimpanan dan peletakannya, misalnya kelembaban yang pas dan hindari sinar matahari secara langsung.
  5. Tawar harga Jalan Surabaya. Kendati barang antik memang sudah lama dan semakin lama malah semakin mahal, nggak ada salahnya jika kalian mencoba untuk menawarnya. Ada beberapa barang yang memang sudah murah, apalagi jika menemukan sedikit cacat, bisa menekan pengeluaran dong.
  6. Cek kualitas dan harga. Jangan ragu untuk mencoba barang antik yang akan kamu beli, daripada menyesal setelahnya. Khususnya untuk barang elektronik. Rugikan kalau sudah bayar dan sampai rumah barangnya tidak bisa digunakan.  Selanjutnya, biar kamu enggak ketipu sama harga, pastikan harga aslinya dengan browsing di internet. Siapa tahu barang tersebut dijual sama kayak harga pertama kali dibeli, kecuali barang itu langka dan punya nilai jual tinggi, kalau untuk kasus ini sepertinya riset dulu harga pasar.
  7. Berhemat. Jangan membeli barang yang tidak dibutuhkan. Jika melihat barang itu murah, pasti travelers bakal kalap dan membuat keranjingan kamu untuk membeli. Padahal belum tentu dibutuhkan. Akhirnya barang itu tergeletak di rumah, kemudian uang bakal habis.
(Source: Republica.com)

    Menyusuri 'Hyperloakmart' di Jembatan Item, Jatinegara, Jakarta

    Ratusan lapak-lapak berbagai ukuran berjejer tidak beraturan di sekitaran trotoar daerah Jembatan Item, Kelurahan Rawabunga, Kecamatan Jatinegara, Jakarta Timur (Jaktim). Tempat tersebut dikenal sebagai pasar barang-barang bekas alias pasar barang loakan. Lokasi Pasar Loak ini di belakang Jakarta Gems Center, Pasar Rawabening, Jatinegara.Lokasinya persis di seberang Stasiun Jatinegara. Barang murah meriah menghampar bagai harta karun.

    Para pedagang berjualan di sana setiap hari. Pada hari-hari biasa, para pengendara banyak melalui pasar ini. Untuk para pembeli, tak banyak para pengunjung yang mampir di pasar loak tersebut. Namun, beda lagi dengan akhir pekan, pada Sabtu dan Ahad. Di sana, bisa disebutkan menjadi pasar yang benar-benar ramai pengunjung.

    Mereka yang berjualan di sana biasanya mencampur barang dagangannya dengan berbagai macam jenis.

    Namun, ada juga yang mengkhususkan menjual barang tertentu saja, misalkan kaset lama, piringan hitam, barang-barang antik, keramik tua, batu akik, koin dan uang lama, dan lain-lain.

    Bicara kualitasnya, semua itu tergantung pada kepintaran, kejelian, dan keberuntungan pembelinya. Tapi, harga barang yang ditawarkan sudah tentu jauh lebih murah dibandingkan toko khusus barang antik.

    Burhan (48 tahun), salah satu pedagang di sana, mengatakan, pedagang di Jembatan Item mayoritas adalah pindahan dari pasar loak jalanan yang ada di Jalan Jenderal Urip Sumoharjo, Jaktim. Sejak pasar loak di sana dibersihkan Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta, para pedagang di Jalan Jenderal Urip hijrah ke Jembatan Item.

    "Dulu juga sama, ngejual barang bekas. Tapi, pedagangnya belum sebanyak sekarang ini di Jembatan Item," kata Burhan, saat ditemui di Jembatan Item, beberapa waktu yang lalu.

    Selain masalah kondisi, kelangkaan barang juga menjadi faktor penentu melambungnya harga jual. "Kalau yang dicari semakin langka, kita bisa jualnya juga mahal tuh barang," imbuh Burhan.
    Dia mengaku, pernah menjual jam dinding seharga Rp 450 ribu. Jam tersebut, kata Burhan, tergolong barang yang antik. "Bikinan Swiss tahun 1960," kata pria asli Betawi ini.

    Soal asal barang-barang yang dijualnya, dia mengaku, mendapatkannya dari berbagai tempat. Cara mendapatkannya pun bisa macam-macam. "Ada yang barter, ada yang dari ngejual barang lain, bahkan ada dari calo barang bekas," kata pria itu.

    Selama ini, Pasar Jembatan Item tidak pernah sepi pengunjung. Salah satu pembeli, Ardi (42), mengaku, mendapat kepuasan tersendiri ketika plesiran ke Jembatan Item. "Saya tadi beli blender. Selain harganya lebih murah, kondisi barang juga rata-rata masih bagus. Yah, pinter-pinter milih dan nawar aja kalau di sini." n mg45 ed: karta raharja ucu


     Saat berbincang dengan Republika, Burhan mengatakan, barang-barang yang dijualnya di Jembatan Item berbagai jenis.

    Kualitasnya bergantung kondisi barang tersebut. "Kalau masih bagus, ya kita berani jual dengan harga tinggi," ujar Burhan.

    Kalau kualitasnya rendah, dia tentu menjualnya dengan harga yang pantas.
    Berbagai jenis barang dijual oleh para pedagang kaki lima (PKL) di Jembatan Item itu. Dagangannya mulai dari sepatu, telepon genggam, perkakas elektronik, batu akik, hingga barang-barang antik. Beragam barang yang dijual itu seperti gambaran aneka produk yang dijual di supermarket dan hypermarket. Karena barangnya adalah barang bekas, bisa disebutkan pasar loak di Jembatan Item sebagai "Hyperloakmart". (Diambil dari berbagai sumber)

    Ahmad Dhani Mengaku Sedang Suka yang Tua

    Ahmad Dhani dan barang-barang tua dan antiknya di rumahnya 
    Vokalis, pencipta lagu sekaligus produser musik Ahmad Dhani mengubah garasi rumahnya menjadi galeri barang-barang tua dan antik miliknya. Maklum, belakangan ini Dhani memang tergila-gila mengoleksi barang-barang tersebut.

    "Waktu itu gara-gara garasinya enggak kepakai, jadi gudang, terus ditaruh (di dalamnya) satu mebel, akhirnya penuh," cerita Dhani dalam wawancara di kediamannya di kawasan Pondok Indah, Jakarta Selatan, Selasa (27/8/2013). "Enggak tahu ya, memang saya lagi suka sesuatu yang tua, saya menyukai barang tua," lanjutnya.

    Dhani mengumpulkan barang-barang tua dan antik yang berbau Jawa. "Berbeda dengan rumah sebelah. Kalau di sana temanya kolonial, di sini Jawa. Ada tempat tidur Jawa tua. Di rumah saya yang lama itu kolonial, di sini kolonial Jawa, barang tua," ujar Dhani.

    Di antara koleksinya tersebut, di dinding sudut garasi Dhani memasang sejumlah pajangan Garuda Pancasila berbahan logam dari berbagai era. "Saya koleksi garuda, berencana jadiin rumah saya 'The House of Garuda'. Di kamar Al ada garuda, di kamar saya ada, garuda lama, bukan baru. Kalau barang baru, beli di Pasar Baru (Jakarta Pusat) gampang. Itu (barang lama) terbuat dari kuningan," terangnya.

    Dengan koleksinya itu, Dhani merasa seperti pahlawan kesiangan. "Saya jadi pahlawan kesiangan untuk koleksi barang tua. Orang mengoleksi barang tua sudah dari tahun 1970-an, sekarang saya tinggal ambil sisanya saja," ucapnya.(Sumber:KOMPAS.com/IRFAN MAULLANA)

    Cikapundung di Bandung adalah Surganya Barang Antik

    “Old but gold”, ungkapan tersebut nampaknya cocok untuk menggambarkan bagaimana berharganya sebuah barang antik. Ada kepuasan tersendiri bagi kolektor, ketika ia telah mendapatkan barang antik “buruannya”.

    Beberapa barang yang dijual di Pasar Seni dan Antik Cikapundung, Bandung, Jawa Barat.
    Bagi kolektor, yang rata-rata telah lanjut usia, Seni dan Antik di lantai 3 Cikapundung Elektronic Center (CEC), Bandung, bisa menjadi surga yang tepat untuk berburu barang zaman dulu (jadul) tersebut.

    Beberapa penjual dan pembeli yang terlihat sibuk tawar menawar harga. Sebagian dari pembeli sudah nampak beruban dan cukup tua.
    Meski demikian, usia bukan menjadi hambatan untuk tetap menggeluti hobi mereka sebagai kolektor barang antik.

    Pasar Seni dan Antik ini terdiri dari kios-kios yang tertata rapi. Beberapa barang seperti lampu-lampu antik, radio jadul, kursi-kursi bekas, piringan hitam, dan barang-barang pajangan dijual dengan harga variatif. Seperti contohnya, sebuah lampu antik dapat dihargai sekitar Rp 200.000 dan satu set piringan hitam dari grup band Bee Gees bisa dihargai sebesar Rp 1.500.000.

    “Sebenarnya ini dari hobi mengoleksi juga, kemudian jadi berjualan barang-barang antik ini,” tutur Dado, salah satu penjual barang antik.

    Kurang lebih, sudah setahun Dado menjalani usaha berjualan barang antik. Dado berburu barang-barang antik dari pengepul dan beberapa kenalannya. Ada beberapa barang yang sengaja untuk dikoleksi, dan ada juga yang untuk dijual.

    “Setiap barang yang dijual seakan menyimpan cerita dari masa lalu. Contohnya seperti lampu antik ini, kita bisa mengetahui bagaimana kisah pemilik pertamanya dari cerita penjual-penjual sebelumnya,” tutur Dado sambil menunjuk salah satu koleksi lampu antik dagangannya.

    Salah satu mural yang dilukis di dinding Pasar Seni dan Antik Cikapundung, Bandung, Jawa Barat.
    Beberapa barang di sini rata-rata berasal dari luar negeri seperti Jerman, Belanda, dan Inggris. Jika beruntung, pembeli dapat menemukan barang antik yang masih dapat berfungsi dengan baik. Tentu saja pembeli juga harus pintar dan jeli dalam menawar barang.

    Dado menjelaskan, selain berjualan, dirinya juga menerima sistem barter dengan pembeli. Jika merasa barang memiliki harga yang setara, tentunya dia rela menukarkan barang antik kepunyaannya dengan barang lainnya. Transaksi pun jual beli pun juga berlaku antara sesama penjual di kios-kios tersebut.

    “Menurut saya ini merupakan pekerjaan yang menyenangkan, di mana kita bisa menjual barang sekaligus berdiskusi dengan sesama kolektor barang antik,” ucap Dado.
    (Sumber: Kompas.com)

    Barang Antik di Yogyakarta lokasinya di Pasar Beringharjo di Jl. Malioboro

    Wisatawan domestik barangkali cukup familier dengan Pasar Beringharjo atau deretan Malioboro. Namun, bagaimana dengan Pasar Klithikan Pakuncen (PKP)? Dalam bahasa Indonesia, “klithikan” dapat diartikan sebagai barang bekas. Jadi, jangan heran jika Anda akan menemukan beragam barang lawas nan unik.

    Terletak di Jalan HOS Cokroaminoto 34, Pasar Klithikan Pakuncen merupakan salah satu revitalisasi pasar tradisional di Yogyakarta. 

    Sejak dibuka pada 2007 silam, pasar ini telah menaungi ratusan pedagang dengan beragam jenis barang yang dijajakan, baik bekas maupun baru, mulai dari pakaian, aksesori, barang antik, peralatan elektronik, sepatu, hingga onderdil kendaraan. 

    Anda yang ingin menjual barang barang-barang bekas pun dapat mengunjunginya.

    Memburu Barang Antik di Pasar Cinde, Palembang

    Pasar Cinde, Palembang
    Barang bekas dan berkarat tak selamanya buruk tak laku dijual. Justru barang rongsokan menjadi buruan bagi sebagian orang penggila barang antik. Pangsa pasar barang antik cukup besar di Palembang.

    Tak salah bila setiap pagi, di pasar Cinde menjadi tempat berkumpulnya ratusan bahkan ribuan pedagang dan pembeli. “Saya hampir setiap hari ke sini, biasanya sembari olahraga saya pastikan mampir di sini,” kata Muhammad Nasir, salah seorang kolektor barang antik yang dijumpai di Pasar Cinde, Senin, 9 April 2012.

    Pasar Cinde, di Palembang ada dua. Keduanya menempati lokasi yang berdampingan. Yang satu pasar sembako tradisional, menempati bangunan dua lantai di Jalan Sudirman. Satunya lagi, pasar barang loak alias bekas yang menempati empat ruas jalan, yaitu Jalan Karet, Jalan Raden Muhamad, Jalan Raden Nangling, dan Jalan Cinde Welan, serta Lorong Kebon.

    Pasar Loakan Cinde ini menurut ceritanya sudah ada sejak tahun 60-an. Tidak hanya menjual barang tua dan berkarat, pasar Cinde juga menjual aneka barang keluaran terbaru dengan harga suka sama suka.
    Banyak barang jadul yang telah didapat Muhammad Nasir dari Pasar Cinde. Seperti Minggu pagi, 8 April kemarin, Dosen di universitas PGRI Palembang ini mendapatkan belasan piring hitam dari penyanyi The beatles, ataupun koleksi dari Koes bersaudara.

    http://media.viva.co.id/thumbs2/2012/04/16/151309_pasar-barang-antik-di-palembang_663_382.jpgTak hanya itu, petualangan nya di pagi minggu itu juga menghasilkan buruan lain seperti lampu antik betawi motif kembang, Jam dinding antik serta sejumlah koleksi buku asing terbitan puluhan tahun silam. “Koleksi terus bertambah dari pasar cinde, kita juga bisa share bagi teman-teman yang punya hobi sama,” ujar Nasir. Koleksi yang ia dapat langsung dibersihkan dan di pajang di kediamannya di Jalan Lomba Jaya Sekip, Palembang

    Khoirul, salah seorang pedagang yang sudah memulai usahanya sejak puluhan tahun silam itu tidak dapat memastikan dimulainya jual beli barang rongsokan dan antic di pasar Cinde. khoirul menceritakan dia memulai usaha sejak tahun 1971.

    Saat itu, aktivitas jual beli barang bekas sudah ada. Namun hanya diatara penjual dan pembeli belum seramai sekarang ini. “Dulu jualan disini masih sangat enak, nyaman belum ada desak-desakn seperti ini. Stok barang juga selalu ada” kata Khoirul. Seiring tumbuhnya sejumlah pasar modern dan Mall, stok barang yang terbilang antik kian sulit didapat.

    Hampir Semua jenis barang tersedia disini. Mulai dari barang lama hingga barang keluaran terbaru. Dipasar yang terletak disisi makam para raja Palembang ini pengunjung dapat membeli mesin ketik, mesin jahit, sepeda merek humberg hingga onderdil jeep willis serta Senapan angin merk canon.

    Jangan salah, di Pasar Cinde kini mulai tersedia aneka barang baru dengan harga kaki lima. Di jalan karet misalnya, pengunjung dapat membeli spare part sepeda motor keluaran terbaru ataupun perlengkapan rumah tangga untuk kalangan menengah atas seperti Air Conditioneer dan kipas angin.

    Pasar Cinde, yang terletak tak jauh dari Jembatan Ampera itu, semakin ramai di saat akhir pekan. Luberan penjual dan pembeli sampai menutupi sebagian jalan jenderal Soedirman dan Letkol Iskandar. Biasanya pasar ini dibuka mulai pukul 03.00 dini hari dan akan tutup pada pukul 10.00 dipagi hari. Setelah jam tersebut, Pasar Cinde di sisi Jalan Cinde Welan dan Jalan Letkol Iskandar akan tertutup bagi pedagang kaki lima. Selnjutnya jalanan menjadi jalan bagi angkutan kota trayek Sekip-Ampera.

    (Sumber: Parliza Hendrawan, helopalembang.com)

    Pasar Barang Antik Triwindu, Solo

    Pasar minat khusus yang tertata rapi ini telah lama menjadi salah satu trademark kota Solo
    Pasar minat khusus yang tertata rapi ini telah lama menjadi salah satu trademark kota Solo.
    Pasar Triwindu, demikian tulisan yang tertera di pucuk gapura itu. Sekilas tidak ada yang istimewa dari gapura tersebut, namun ketika kita sudah melewatinya, barulah kita akan tahu apa yang disuguhkan dan menjadi keunikan pasar itu. Seketika mata akan dimanjakan oleh beragam barang-barang antik yang dipajang di kios-kios. 
    Mulai dari hiasan pintu sampai patung batu bisa ditemukan di sini, dari wayang sampai meriam logam juga ada.
    Jangan kaget ketika menemukan setrika arang dengan ciri khas patung jago dipucuknya itu, juga ketika kusamnya uang-uang logam jaman baheula menyapa mata kita, dan tak terhitung topeng-topeng kayu warna-warni yang tersedia di komplek pasar ini. Banyak barang tak terduga yang bisa kita jumpai, bahkan konon dulu pernah ada barang antik dari Keraton Solo yang ‘nyasar’ di Pasar Triwindu, jika anda penasaran boleh ditanyakan kepada para pedagang di sana.
    Keramahan khas Solo dari para pedagangnya, akan membuat kita betah mondar-mandir di Pasar Triwindu ini. Tawar menawar harga dengan pedagang merupakan hal yang jamak, jadi seberapapun kayanya anda, jangan pernah malu untuk meminta harga yang lebih murah dari yang disebutkan pedagang.
    Gang demi gang dikomplek pasar tersebut memang dijejali kios-kios yang menyuguhkan barang antik, baik yang benar-benar antik, maupun barang baru yang sengaja dibuat tampak antik.Perlu ketelitian lebih untuk membedakan keduanya.
    Pasar minat khusus yang tertata rapi itu telah lama menjadi salah satu trademark kota Solo, bisa dibilang belum komplit dolan ke Solo kalau belum mengunjungi pasar Triwindu. Pemkot Solo telah menata ulang Pasar Triwindu ini dengan baik. Pasar Triwindu telah melegenda di Jagat Pariwisata Indonesia.
     
    Jadi tidak ada salahnya menambahkan Pasar Triwindu ke dalam daftar kunjungan anda saat dolan-dolan ke kota Solo.
    Satu lagi, ketika anda berkunjung ke Pasar Triwindu, silahkan mampir ke warung soto sapi Triwindu yang terletak di sebelah belakang pasar ini. Tidak ada hal yang lebih dahsyat dari menyantap lezatnya soto sapi setelah lelah berkeliling mencari barang antik. Jadi tunggu apalagi? Segera siapkan dompet anda dan berangkat berburu barang antik di Pasar Triwindu, sampai ketemu di sana…
      (Sumber: Sigit "Joell" Nugroho, tentangsolo.we.id)