“Old but gold”, ungkapan tersebut nampaknya cocok untuk menggambarkan
bagaimana berharganya sebuah barang antik. Ada kepuasan tersendiri bagi
kolektor, ketika ia telah mendapatkan barang antik “buruannya”.
Bagi
kolektor, yang rata-rata telah lanjut usia, Seni dan Antik di lantai 3
Cikapundung Elektronic Center (CEC), Bandung, bisa menjadi surga yang
tepat untuk berburu barang zaman dulu (jadul) tersebut.
Beberapa penjual dan pembeli yang terlihat sibuk tawar menawar harga. Sebagian dari pembeli sudah nampak beruban dan cukup tua.
Meski demikian, usia bukan menjadi hambatan untuk tetap menggeluti hobi mereka sebagai kolektor barang antik.
Pasar Seni dan Antik ini terdiri dari
kios-kios yang tertata rapi. Beberapa barang seperti lampu-lampu antik,
radio jadul, kursi-kursi bekas, piringan hitam, dan barang-barang
pajangan dijual dengan harga variatif. Seperti contohnya, sebuah lampu
antik dapat dihargai sekitar Rp 200.000 dan satu set piringan hitam dari
grup band Bee Gees bisa dihargai sebesar Rp 1.500.000.
“Sebenarnya ini dari hobi mengoleksi juga, kemudian jadi berjualan barang-barang antik ini,” tutur Dado, salah satu penjual barang antik.
Kurang lebih, sudah setahun Dado menjalani usaha berjualan barang antik. Dado berburu barang-barang antik dari pengepul dan beberapa kenalannya. Ada beberapa barang yang sengaja untuk dikoleksi, dan ada juga yang untuk dijual.
“Setiap barang yang dijual seakan menyimpan cerita dari masa lalu. Contohnya seperti lampu antik ini, kita bisa mengetahui bagaimana kisah pemilik pertamanya dari cerita penjual-penjual sebelumnya,” tutur Dado sambil menunjuk salah satu koleksi lampu antik dagangannya.
Beberapa barang yang dijual di Pasar Seni dan Antik Cikapundung, Bandung, Jawa Barat.
|
Beberapa penjual dan pembeli yang terlihat sibuk tawar menawar harga. Sebagian dari pembeli sudah nampak beruban dan cukup tua.
Meski demikian, usia bukan menjadi hambatan untuk tetap menggeluti hobi mereka sebagai kolektor barang antik.
“Sebenarnya ini dari hobi mengoleksi juga, kemudian jadi berjualan barang-barang antik ini,” tutur Dado, salah satu penjual barang antik.
Kurang lebih, sudah setahun Dado menjalani usaha berjualan barang antik. Dado berburu barang-barang antik dari pengepul dan beberapa kenalannya. Ada beberapa barang yang sengaja untuk dikoleksi, dan ada juga yang untuk dijual.
“Setiap barang yang dijual seakan menyimpan cerita dari masa lalu. Contohnya seperti lampu antik ini, kita bisa mengetahui bagaimana kisah pemilik pertamanya dari cerita penjual-penjual sebelumnya,” tutur Dado sambil menunjuk salah satu koleksi lampu antik dagangannya.
Salah satu mural yang dilukis di dinding Pasar Seni dan Antik Cikapundung, Bandung, Jawa Barat. |
Beberapa barang di sini rata-rata berasal dari luar negeri seperti
Jerman, Belanda, dan Inggris. Jika beruntung, pembeli dapat menemukan
barang antik yang masih dapat berfungsi dengan baik. Tentu saja pembeli
juga harus pintar dan jeli dalam menawar barang.
Dado menjelaskan, selain berjualan, dirinya juga menerima sistem barter dengan pembeli. Jika merasa barang memiliki harga yang setara, tentunya dia rela menukarkan barang antik kepunyaannya dengan barang lainnya. Transaksi pun jual beli pun juga berlaku antara sesama penjual di kios-kios tersebut.
“Menurut saya ini merupakan pekerjaan yang menyenangkan, di mana kita bisa menjual barang sekaligus berdiskusi dengan sesama kolektor barang antik,” ucap Dado.
(Sumber: Kompas.com)
Dado menjelaskan, selain berjualan, dirinya juga menerima sistem barter dengan pembeli. Jika merasa barang memiliki harga yang setara, tentunya dia rela menukarkan barang antik kepunyaannya dengan barang lainnya. Transaksi pun jual beli pun juga berlaku antara sesama penjual di kios-kios tersebut.
“Menurut saya ini merupakan pekerjaan yang menyenangkan, di mana kita bisa menjual barang sekaligus berdiskusi dengan sesama kolektor barang antik,” ucap Dado.
(Sumber: Kompas.com)
Cikapundung di Bandung adalah Surganya Barang Antik
4/
5
Oleh
R.Wijang